Kota Jepang Terapkan Batas Maksimal Smartphone Dua Jam

Kota Jepang Terapkan Batas Maksimal Smartphone Dua Jam
Kota Jepang Terapkan Batas Maksimal Smartphone Dua Jam

JAKARTA - Kota Toyoake, Prefektur Aichi, Jepang mulai menerapkan peraturan baru yang merekomendasikan warga membatasi penggunaan smartphone, konsol gim, dan perangkat digital lain maksimal dua jam per hari di luar aktivitas kerja dan sekolah. 

Peraturan ini disahkan Senin, 23 September 2025, dan akan berlaku mulai 1 Oktober 2025. Meskipun tidak disertai sanksi, aturan ini menjadi yang pertama di Jepang, lahir dari kekhawatiran terhadap dampak paparan teknologi berlebihan bagi kesehatan masyarakat.

Tujuan Pembatasan dan Manfaatnya

Baca Juga

Kementrian ESDM Dorong Swasta Kembangkan Proyek DME Batu Bara

Wali Kota Toyoake, Masafumi Kouki, menyampaikan bahwa meskipun perangkat digital penting, penggunaan berlebihan terutama menonton video dapat menurunkan kualitas tidur dan mengurangi interaksi keluarga.

“Batas waktu dua jam didasarkan pada pedoman tidur sehat dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang. Jika penggunaan harian melebihi batas ini, risiko kurang tidur pada anak-anak dan remaja meningkat,” ujar Masafumi.

Peraturan ini juga bertujuan mendorong pola hidup lebih sehat, menjaga keseimbangan antara kehidupan digital dan interaksi sosial, serta meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan mental warga, terutama anak-anak.

Aturan Penggunaan Perangkat untuk Anak-Anak

Aturan lebih spesifik juga ditujukan bagi pelajar:

Anak SD dianjurkan tidak menggunakan ponsel setelah pukul 21.00.

Siswa SMP dan yang lebih tua dianjurkan tidak menggunakan perangkat digital setelah pukul 22.00.

Langkah ini didasari pertimbangan bahwa tidur cukup penting bagi pertumbuhan fisik dan mental anak-anak di bawah usia 18 tahun. Kurang tidur bisa berdampak negatif pada perkembangan kognitif, konsentrasi belajar, dan kesehatan emosional.

Orangtua diimbau membuat aturan internal di rumah agar anak-anak mengikuti pedoman ini, termasuk membatasi penggunaan tablet, smartphone, dan konsol gim. 

Pemerintah kota juga menyiapkan layanan konsultasi untuk membantu keluarga mengatur penggunaan perangkat digital.

Latar Belakang Aturan Toyoake

Peraturan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran global terkait paparan layar berlebihan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa penggunaan perangkat digital lebih dari beberapa jam sehari dapat:

Mengganggu pola tidur dan menyebabkan insomnia.

Menurunkan interaksi sosial langsung dengan keluarga atau teman.

Meningkatkan risiko stres dan kecemasan pada anak-anak dan remaja.

Menyebabkan gangguan postur tubuh, seperti nyeri leher atau punggung.

Dengan rekomendasi ini, Toyoake menjadi kota pertama di Jepang yang secara resmi menyarankan pembatasan waktu digital harian. Kota lain mungkin mengikuti langkah serupa jika efek positif terlihat.

Strategi Implementasi di Masyarakat

Meskipun aturan ini bersifat rekomendasi, pemerintah kota mendorong masyarakat untuk mematuhinya dengan sukarela. Strategi yang diterapkan meliputi:

Kampanye edukasi mengenai pentingnya tidur cukup dan kesehatan mental.

Konsultasi keluarga, di mana orang tua bisa mendapatkan saran pengaturan penggunaan perangkat.

Promosi kegiatan offline, seperti olahraga, membaca, atau aktivitas keluarga, agar warga lebih seimbang antara dunia digital dan nyata.

Langkah ini diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif untuk menjaga keseimbangan digital, khususnya bagi generasi muda yang sangat terpapar teknologi.

Dampak Positif bagi Anak dan Remaja

Penerapan batas maksimal dua jam ini diharapkan memberikan beberapa manfaat nyata:

Kualitas tidur meningkat, mendukung pertumbuhan fisik dan kognitif anak-anak.

Interaksi keluarga lebih intens, karena waktu layar yang berkurang diganti dengan aktivitas bersama keluarga.

Konsentrasi belajar meningkat, karena anak-anak lebih fokus tanpa gangguan perangkat digital.

Kesehatan mental lebih terjaga, mengurangi risiko kecemasan dan stres akibat penggunaan gadget berlebihan.

Selain itu, langkah ini diharapkan mendorong anak-anak dan remaja mengembangkan hobi offline, kreatifitas, serta membangun pola hidup sehat.

Tantangan Implementasi

Meski banyak manfaat, pembatasan ini menghadapi sejumlah tantangan, antara lain:

Ketergantungan digital, terutama di kalangan remaja yang terbiasa bermain gim atau media sosial.

Kesadaran orang tua, beberapa keluarga mungkin sulit mengontrol penggunaan perangkat di rumah.

Pengawasan tidak langsung, karena aturan ini bersifat rekomendasi dan tidak ada sanksi.

Untuk itu, pemerintah kota menekankan perlunya kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan komunitas agar anak-anak tetap mematuhi pedoman.

Dengan diberlakukannya peraturan Toyoake mengenai pembatasan penggunaan perangkat digital maksimal dua jam per hari, kota ini mengambil langkah progresif dalam menjaga kesehatan fisik dan mental warganya.

Meski bersifat rekomendasi tanpa sanksi, aturan ini menjadi rujukan pertama di Jepang tentang keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan sehari-hari. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa diharapkan dapat menyesuaikan diri, meningkatkan kualitas tidur, dan mempererat interaksi keluarga.

Pelaksanaan uji coba ini akan dimulai 1 Oktober 2025, dan kota Toyoake menjadi contoh bagi wilayah lain untuk menilai efektivitas pembatasan digital dalam kehidupan masyarakat modern.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PGN Kembangkan MS CNG Medan Perluas Layanan Gas

PGN Kembangkan MS CNG Medan Perluas Layanan Gas

Produksi Batu Bara RI 2025 Baru Capai 68 Persen

Produksi Batu Bara RI 2025 Baru Capai 68 Persen

Penyaluran Rumah Subsidi FLPP Capai 178 Ribu Unit

Penyaluran Rumah Subsidi FLPP Capai 178 Ribu Unit

Rekomendasi Rumah Murah di Kudus Cocok Untuk Hunian dan Investasi

Rekomendasi Rumah Murah di Kudus Cocok Untuk Hunian dan Investasi

Kementrian ESDM Dorong Swasta Kembangkan Proyek DME Batu Bara

Kementrian ESDM Dorong Swasta Kembangkan Proyek DME Batu Bara